Wednesday, July 09, 2008

Pendidikan dan Nasib saudara kita yang miskin..

Makin hari negara ini makin tak bersahabat saja bagi yang tak berpunya. Bakalan sia-sia menggantung cita2 jika untuk sekolah sampe sekolah menengahpun gak bisa. kenapa gak bisa? padahal dana BOS udah gentayangan ke sekolah2, pak wapres bilang anggaran pendidikan kita sudah sangat banyak dibanding tempo dulu. Itulah ironisnya!! Pungutan dari sekolah bukannya berkurang tapi malah terus bertambah dan orang tua yang tak mampu bakal gigit jari tidak bisa menyekolahkan anaknya. Dan ini terjadi di sekolah negeri yang katanya punyanya semua anak negeri.
Coba anda bayangkan jika anak2 tak mampu ini tak bisa mengenyam pendidikan tinggi di tengah persaingan dunia yang semakin gila. Bukannya berpikir terlalu formal, tapi adanya kesempatan belajar yang tidak sama untuk setiap anak bangsa rasa2nya kurang adil. Yang kaya akan semakin berjaya karena punya modal dan kesempatan lebih besar dan bagi anak yang papa akan terus kebagian kerak nasi. Lingkaran setan ini akan terus berulang dan GAP yang ada semakin melebar. Dan lihatlah hasilnya: ada orang yang punya kekayaan sangat berlimpah dan menguasai hampir semua sumber daya, sementara masih ada anak manusia yang mencari makan dengan mengais2 di pinggir jalan.
Lalu ini sebenarnya salah siapa? pemerintah yang tidak becus membuat sistem yang memungkinkan semua anak negeri (miskin, setengah miskin, menengah, kaya, sangat kaya) bisa mengenyam pendidikan bersama2 atau prilaku orang2 di dunia pendidikan yang tak becus mengelola uang sehingga bisa digunakan secara efektif dan efesien atau kita salahkan saja orang yang miskin papa ini karena tak becus mengurus dirinya sendiri?
Tanggung Jawab Pemerintah
adalah amanat yang sangat besar bagi siapa saja yang berminat atau sedang menikmati kekuasaannya untuk mencerdaskan kehidupan rakyat bangsanya dan mengatur agar semua kekayaan yang melimpah ini dipergunakan secara adil bagi kemakmuran bersama. Tapi kenyataannya sangat menyedihkan. Kebanyakan penguasa hanyalah orang yang dipenuhi nafsu berkuasa semata, hanya pandai dan bersungguh2 dalam merebut dan mempertahankan kekuasaannya, sebagian besar amat senang membodoh-bodohi kawulanya sendiri yang notabene dengan rendah hati dan penuh harap mendaulatnya menjadi pemimpinnya. dan mereka amat pintar membagi sebagin besar kekayaan negara untuk dirinya sendiri.
Perlu disadari bahwa potensi yang ada pada tiap2 orang sama besarnya. Yang perlu dilakukan hanyalah memberikan tempat hidup dan berkembang yang sama untuk tiap orang. Jika ini dilakukan oleh pemerintah maka masyarakat akan berkembang lebih cepat dan keadilan lebih mudah kita dapatkan. Ujung2nya pertumbuhan ekonomi yang selalu didewa2kan oleh pemerintah dengan sendirinya akan terwujud karena secara sadar manusia2 yang telah tercerahkan akan berusaha memenuhi kebutuhan ekonominya. sangat jauuuuuh berbeda halnya jika pertumbuhan ekonomi tersebut hanyalah peningkatan investasi asing ke dalam negeri, bertumbuhnya konglomerasi dan pengurasan kekayaan alam yang eksploitatif. Yang seperti ini hanya menciptakan efek samping yang tak terperikan dalam hal: kerusakan mental, kerusakan budaya, kerusakan lingkungan dan yang terakhir kerusakan genetik.
Jika ini yang terjadi, pemerintah telah gagal mengemban amanatnya, tak soal berapapun GDP suatau negara.
Dibutuhkan peran dan tanggungjawab dunia pendidikan
Semestinya, dunia pendidikan tidak boleh terkecoh dengan keadaan. Yang saya maksudkan adalah kita masih tetap bisa menjaga kualitas dengan dana yang minimal. Kalo kita mau jujur berhitung berapa persenkah dari sekian dana yang ada -baik dari BOS, pemda dan wali/orang tua murid- yang menyentuh langsung bagi peningkatan kualitas pendidikan? Sudahkah dipilah antara kegiatan yang penting, kurang penting, pendukung, tidak terlalu penting dengan penggunaan anggaran yang dimiliki? Apakah sudah setimpal antara dana yang diterima dengan kualitas pendidikan yang diberikan? Seberapa efesienkah kita dalam menggunakan anggaran yang ada sehingga kita bisa meminimalisir pungutan? Apakah tidak ada cara lain sebagai pengganti untuk mengurangi pungutan pada siswa? misalnya; seingat saya dulu waktu di SD, kami punya taman yang indah dan subur berkat semangat gotong-royong antara Guru kami yang baik hati dan kreatif dengan Kami muridnya yang rela tiap hari membawa air untuk menyiramnya. Kita buat taman bersama2 dan kita merawatnya bersama2 pula dan praktis tidak mengeluarkan uang sepersenpun.
Coba bandingkan dengan model pendidikan kapitalis macam sekarang. Ada sekolah yang mengklaim sistemnya paling baik sedunia memungut biaya ratusan tiap bulan dengan menyediakan pelajaran tambahan berupa: bercocok tanam, pergi ke sungai, menangkap kodok dll kegiatan yang sebenarnya tidak perlu mengeluarkan uang.
Keprihatinan pada kaum papa
Sebenarnya, hanya satu masalah paling pelik bagi orang termiskin di dunia: males. Males berpikir, males bekerja, males menabung,dan males diajak tidak bermalas-malasan. Nyembuhinnya susaaaaah banget. Saking susahnya maka sayapun akan uraikan pada postingan berikutnya.

1 comment:

Anonymous said...

Lanjutannya kapan pak..